Sunday, July 23, 2017

Perempuan Yang Merubah Segalanya (IND)

Hai!


Ada begitu banyak pahlawan yang memperjuangkan negara saya, Indonesia. Mari kita bicara tentang satu. Dia adalah pahlawan yang paling menginspirasi saya. Saya mengaguminya.


Siapa dia?

Dia Raden Ajeng Kartini, yang terkenal dengan Kartini. Dia adalah wanita pertama yang berani memperjuangkan kesetaraan jenis kelamin di negeri ini.




Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Keluarganya adalah keluarga aristokrat Jawa. Dia diizinkan untuk belajar di ELS (Europese Lagere School) sampai dia berusia 12 tahun. Di sanalah dia belajar berbahasa Belanda. Sayangnya, dia tidak bisa melanjutkan sekolahnya seperti saudara laki-lakinya karena dia harus tinggal di rumah (dipingit) sampai ia menikah. Itu adalah salah satu aturan ketat bagi wanita Jawa seusianya saat itu.


Karena kemampuannya untuk berbahasa Belanda, dia mulai belajar sendiri di rumah. Dia juga mulai menulis surat untuk teman-teman Belandanya. Salah satunya adalah Rosa Abendanon, yang merupakan pendukung terbesarnya.


Kartini terinspirasi oleh buku, koran dan majalah Belanda. Dia kagum dengan pola pikir wanita Eropa. Pola pikirnya begitu berbeda, wanita Eropa begitu pintar dan berpendidikan. Itulah saat dia mulai berpikir bahwa dia tidak pantas diperlakukan seburuk itu. Tidak juga untuk semua wanita di Indonesia.


Sejak itu, Kartini mulai menulis surat tentang hak perempuan dan masalah sosial seperti kemiskinan. Dia mencoba mengirimkan kreasinya ke majalah Belanda bernama De Hollandsche Lelie, tapi sayangnya, semuanya ditolak.


Pada tahun 1903, Kartini yang berusia 24 tahun disuruh oleh orang tuanya untuk menikah dengan walikota Rembang, K.R.M. Adipati Aryo Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah menikah dan memiliki 3 istri. Kartini sebenarnya menolak poligami, karena melihat kondisi ibunya yang juga dipoligami. Tetapi pada akhirnya ia menuruti keiinginan orang tuanya dan mengorbankan kepentingan orang banyak walaupun ia merasa mengkhianati dirinya sendiri. Hal ini dikecam oleh salah satu teman penanya, Stella Zeehandelaar, yang berpaham sosialis. Walaupun rasa rasionalitasnya menyetujui pikiran Stella, tetap saja Kartini tidak bisa melakukannya.


Kabar baik datang setelah dia menikah. Suaminya mendukung tindakannya dan dia mendapat kebebasan untuk membangun sebuah sekolah untuk wanita. Karena kegigihannya, sekolah lain dibangun satu demi satu di berbagai kota. Sekolah-sekolah itu disebut "Sekolah Kartini".


Setelah kematian Kartini, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan semua surat Kartini yang ditolak dan membukukannya. Untuk saat ini, buku ini dikenal dengan sebutan "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini menarik perhatian orang, karena pola pikir Kartini. Hal ini mengubah keseluruhan perspektif tentang bagaimana wanita Indonesia sebenarnya.


Pikiran Kartini juga menginspirasi begitu banyak wanita, termasuk saya. Semua yang dia tulis tentang hak perempuan dan bagaimana setiap orang seharusnya diperlakukan dengan cara yang sama dan bukan karena jenis kelaminnya, membuat saya mengaguminya. Beliau mengubah segalanya tentang kesetaraan gender di negara ini.



Masalahnya, terkadang orang tidak mengerti arti kesetaraan. Ada orang yang masih berpikir bahwa pria lebih baik dari wanita di negeri ini. Ini menyedihkan. Ini seperti pikiran Kartini yang begitu pintar tidak penting.


Ya, Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan. Tapi persamaan yang dia perjuangkan bukanlah semacam misandry (berpikir bahwa perempuan lebih tinggi derajatnya dibanding laki - laki). Dia bertarung agar wanita juga bisa berada di tempat yang lebih tinggi, yaitu tempat yang sama dengan pria. Dia bertarung jadi kita semua bisa mempunyai derajat yang sama. Jadi wanita bisa melakukan apa yang pria bisa lakukan, dan sebaliknya.


Kesetaraan gender itu penting. Tidak hanya untuk orang Indonesia, tapi juga bagi dunia. Kita perlu menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi kita semua, di mana setiap orang bisa menyesuaikan diri dan tidak ada yang tertinggal.


Bagaimana?

Salah satunya adalah dengan menghormati. Tidak hanya wanita, tapi juga pria. Bertindak seperti kita semua sama saja. Jangan takut untuk berbicara hanya karena Anda seorang wanita. Angkatlah suaramu. Kita adalah apa yang kita butuhkan di dunia ini. Kita semua bisa menjadi Kartini berikutnya yang mengubah segalanya, apalagi saat kita bersama. Kita dapat mengubah dunia.

Saturday, July 22, 2017

The Woman That Changed Everything (ENG)

Hi!


There are so many heroes that fought for my country, Indonesia. Let's talk about one. She's the hero that inspired me the most. I adore her.

Her name is Raden Ajeng Kartini, well known as Kartini. She was the first woman that bravely fought for gender equality.





Kartini was born on April 21, 1879. Her family was an aristocratic Javanese family. She was allowed to study on ELS (Europese Lagere School) until she was 12 years old. She learned how to speak Dutch there. Unfortunately, she couldn't continue her study like her brothers because she should stay at home until she gets married. It was one of the strict rules for Javanese girls her age that time.

Because of her ability to speak Dutch, she started to study on her own at home. She also started to write letters for her Dutch friends. One of them was Rosa Abendanon, who was her biggest supporter. 


Kartini was inspired by Dutch books, newspapers and magazines. She was amazed by the mindset of European women. The mindset was so different, European women were so smart, well educated. That was the time she started to think that she didn't deserve to be treated that bad. Nor were every women in Indonesia.


Since then, Kartini started to write letters about women rights and social problems like poorness. She tried to send her creations to a Dutch magazine called De Hollandsche Lelie, but sadly, they were rejected.


On 1903, the 24 years old Kartini was told by her parents to get married to the mayor of Rembang, K.R.M. Adipati Aryo Singgih Djojo Adhiningrat, who was already married and had 3 wives. She actually was against poligamy because she knew her father's life, who was in a poligamy relationship with her mother and another woman that she called "Mama". She obeyed her parents though, even though she felt like betraying her own self. Her decision made her penpal, Stella Zeehandelaar, mad. Stella couldn't understand why Kartini sacrificed her own dream to help others in order to live her parents' will. Even though she agreed with Stella's thought, Kartini knew she couldn't do it.


Good news came after she got married. Her husband supported her acts and she got the freedom to build a school for women. Because of her persistence, other schools were build one by one on different cities. The schools were called "The School of Kartini".


After Kartini's death, Mr. J.H. Abendanon collected all Kartini's rejected letters and made it into a book. For now, the book is known as "Habis Gelap Terbitlah Terang", which is translated into "After Darkness, Here Comes The Light". The book attracted people, because of Kartini's mindset. This changed the whole perspective of how Indonesian women truly was. 


Kartini's thoughts also inspired so many women, including me. All that she wrote about women's right and how everyone should've be treated the same way and not because of the genders, made me adore her. She changed everything about gender equality in this country.



The thing is, sometimes people just can't understand what equality means. There are people that still think that men is better than women in this country. This is sad. It's like Kartini's beautiful thoughts never mattered. 

Yes, Kartini fought for women's rights. But the equality she brought is not a kind of misandry. She fought so women can also be in higher place, which is the same as men's place. She fought so we're all can be in the same place. So women can do what men can do, and vice versa.


Gender equality is important. Not only for Indonesians, but for the world. We need to make the world to be a better place for us all, where everyone can fit in and nobody gets left behind. 


How?

One of the way is to respect. Not only women, but men. Act like we're all the same. Don't be afraid to speak just because you're a woman. Raise your voice. We are what we need in this world. We all can be the next Kartini who changed everything, especially when we're all together. We can change the world.












Friday, July 21, 2017

Hi.

Um idk what to say (for now) but I'm gonna post 2 entries, (maybe tomorrow?) one will be in English and the other will be in Indonesian. They're for my history project, lol.

That's it, bye lmao.